13.7.07

Jerit dan Tangisan Lapar dari Tanah Palestina ( Perbatasan Rafah)

Derita 1500 Palestina di Perbatasan Rafah


Hari Senin (26/07/04), memasuki hari ke sembilan secara terus-menerus pasukan penjajah Israel menutup gerbang perbatasan Rafah dengan Mesir. Mereka melarang lebih 2500 orang Palestina � mayoritas anak-anak, wanita dan orang tua (lansia) � dan menahan mereka di perbatasan. Keadaan orang-orang Palestina disebutkan oleh para pejabat Mesir sebagai "tragedi sejati".

Kantor berita Perancis, Senin (26/07), melancsir pernyataan seorang pejabat Mesir yang mengatakan, "Jumlah orang Palestina yang tertahan di gerbang perbatasan rafah � Mesir mencapai 2500 orang sejak Israel menutup gerbang. Mereka (orang-orang Palestina) berada dalam kondisi sangat mengenaskan, mereka hidup tanpa air dan tak mendapatkan pelayanan kebutuhan."

Menurut pejabat Mesir ini, yang oleh kantor berita Mesir tidak disebutkan namanya, di antara orang-orang Palestina yang tertahan di gerbang perbatasan adalah orang yang sudah lanjut usia, anak-anak dan wanita. Akibat dari ulah Israel ini, telah tersebar berbagai macam penyakit kulit, yang di antaranya dikarenakan mereka tidak bisa mandi selama gerbang ditutup.

Di antara korban tindak kejahatan Israel ini ada yang tidur di areal terbuka di bawah sengatan dingin udara padang pasir. Itu dikarenakan fasilitas-fasilitas milik gerbang (yang ada di sisi Mesir) telah dihancurkan karena ada aktivitas pembangunan dan renovasi pada gerbang. Kemudian sebagian ada yang tidur di tenda-tenda darurat yang dibuat oleh Bulan Sabit Merah Mesir di sisi tanah Mesir.

Salah seorang anggota senator (parlemen) Mesir yang mewakili wilayah utara Sinai dan juga wakil komisi urusan Arab di parlemen Mesir Kasyif Muhammad Kasyif menyebut mengenai kondisi kehidupan yang dialami orang-orang Palestina yang tertahan di gerbang perbatasan Rafah � Mesir sebaga "tragedi sejati".

Reuters mengatakan, kondisi yang dialami orang-orang Palestina benar-benar telah menjadi hal yang tidak tergambarkan. Anak-anak dan wanita mengenakan pakaian kumat dan dekil, dari tubuh mereka keluar bau menyengat tidak sedap. Para lelaki menjual bawaan mereka yang dibawa dari luar hanya sekadar untuk memberi makan keluarga mereka. Menyedihkan.

Ummu Salma, salah seorang korban di gerbang perbatasan ini menyebut bagian dari tragedi yang menimpanya dengan mengatakan, "Tak ada selembar kain atau apapun untuk alas dan tutup tidur. Kami terpaksa tidur di atas tanah dengan menggunakan atas yang kami pakai."

Korban lain Mahmud al Misri mengatakan, "Kami terpaksa menggunakan satu-satunya kamar kecil yang ada di gerbang perbatasan. Tidak ada tempat untuk mandi."

Untuk diketahui, gerbang perbatasan Rafah � Mesir adalah satu-satunya jalan darat yang bisa digunakan orang-orang Palestina untuk pergi maupun kembali dari luar negeri. Terutama setelah pihak penjajah zionis Israel menutup gerbang Beit Hanun (Erez) yang ada di utara Jalur Gaza, mereka melarang orang-orang Palestina menggunakan gerbang ini untuk pergi dan pulang dari luar. Dan terlebih lagi setelah penghancuran bandara internasional Gaza sejal awal meletusnya intifadhah al Aqsha pada September 2000 lalu.

Untuk diketahui, gerbang perbatasan Rafah � Mesir selama ini berada dalam kendali pasukan penjajah zionis Israel. Mereka dengan seenaknya menutup atau membuka gerbang kapan mereka mau

Labels: