20.8.07

Ritual Setan...

Terorisme: Ritual Dajjal

Sejauh ini, kita sudah meninjau macam gerakan Dajjal, sumber terbesar perselisihan di hari-hari menjelang kiamat, kaki tangannya, dan orang-orang seperti apa yang terperangkap olehnya. Dalam bab ini, kita akan membahas terorisme, salah satu penyumbang terjahat dari permasalahan ini.

Walau merupakan salah satu istilah yang paling sering terdengar di dunia saat ini, masih tidak ada kesepakatan tentang pengertian terorisme. Salah satu sebab utamanya adalah karena orang yang dianggap sebagai teroris di satu pihak, di pihak lain dianggap sebagai pejuang kebenaran. Apa pun tujuannya, tidak mungkin menganggap kelompok mana pun yang mengambil cara kekerasan dan menjadikan orang tak bersalah sebagai sasaran, sebagai kebenaran. Pribadi-pribadi atau masyarakat bisa saja menginginkan sesuatu dan keinginan tersebut bisa jadi sah sepenuhnya. Akan tetapi, kekerasan bukanlah cara untuk mencapainya. Kekuatan hanya boleh digunakan untuk pembelaan diri. Dengan alasan itulah, setiap tindak kekerasan yang ditujukan pada orang yang tak bersalah bisa dianggap sebagai tindakan terorisme.

Strategi mendasar dari terorisme adalah penyebaran ketakutan, dan dengan cara tersebut, mereka mendapatkan pengaruhnya. Bukannya mengusahakan agar keinginan mereka tercapai melalui cara yang lebih damai dan masuk akal, kelompok teroris malah memilih kekerasan, yang mereka anggap lebih tepat sasaran. Menurut mereka, makin kejam dan merusak suatu tindak terorisme, semakin berpengaruh pula tindakan tersebut. Dengan kata lain, makin dekatlah mereka dalam mencapai tujuannya.

Teror telah menjadi persoalan besar yang mengganggu banyak negara di dunia saat ini. Kelompok-kelompok yang mengambil jalan kekerasan, dan dengan keliru meyakini bahwa pertentangan bersenjata adalah satu-satunya cara untuk mencapai tujuan mereka, melaksanakan tindakan-tindakan yang membawa kematian dan luka bagi banyak orang.
Salah satu sisi yang paling mengerikan dari terorisme adalah kenyataan bahwa terorisme sama sekali tidak memiliki nilai kemanusiaan dan tidak mengakui aturan apa pun. Orang-orang yang memilih terorisme itu tidak mempunyai cinta, perhatian, belas kasih dan tenggang rasa, dan hanya diperintah oleh perasaan benci, marah, dan dendam. Tanpa disadari, niat orang-orang seperti itu adalah untuk melampiaskan kemarahan mereka dan membalas dendam, tanpa memikirkan lagi akibat perbuatan mereka. Bahwasanya tindakan mereka mungkin akan mengakibatkan kerusakan, sedikit pun tidak menggetarkan nurani mereka. Ini karena nurani orang yang menganggap terorisme sebagai pemecahan, sudah tersumbat, hingga demikian pula akalnya, pertimbangannya, dan pengertiannya.

Sekalipun demikian, menurut akhlaq Al-Qur`an, tidak ada ruang bagi amarah. Allah telah mengungkapkan bahwa selama manusia bertindak atas perasaan sendiri, seperti kemarahan, akan ada penyelewengan dan kekacauan di dunia. Dengan demikian, Allah telah memerintahkan kita untuk sepanjang waktu bersikap tenggang rasa, damai, dan penuh semangat persaudaraan. Ketika manusia terikat oleh akhlaq yang demikian, sistem Dajjal, yang didasarkan pada kekerasan, akan hancur sepenuhnya, teror dan kekacauan akan menghilang, dan keadaan kacau yang saat ini menyelubungi dunia akan berakhir. Dalam sebuah ayat, Allah menganjurkan akhlaq tersebut,

"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh." (al-A'raaf [7]: 199)

Orang-orang yang Terlibat Terorisme atas Nama Agama

Gambar yang berasal dari akhir Abad Pertengahan ini menunjukkan Louis IX bertempur bersama 15.000 tentaranya di tepian Sungai Nil.

Akhlaq agama melarang setiap bentuk terorisme, namun demikian, beberapa kelompok teroris mesih saja menyatakan mereka bertindak atas nama agama. Akan tetapi, jika seseorang melihat lebih dekat pada pandangan orang-orang yang melakukan pembantaian atau menggunakan kekerasan sebagai jalannya, jelaslah bahwa mereka adalah orang-orang yang menyimpang. Mereka tidak mengetahui kebenaran agama dan tidak mampu untuk hidup di dalamnya serta mengerti akhlaq agama. Setiap orang yang benar-benar percaya pada keberadaan Allah, yang sungguh-sungguh takut kepada-Nya, dan bersandar pada kitab yang telah diturunkan-Nya, tidak akan pernah sanggup mengambil segala bentuk tindakan yang bisa menyakiti orang-orang yang tak bersalah dan tidak bisa membela diri. Karena itulah, orang yang melaksanakan tindak terorisme dan kekerasan atas nama Islam, tidak bisa dikatakan sebagai kelompok agama.

Pesan sesungguhnya dari sebuah agama atau sistem pemikiran lainnya acapkali diselewengkan oleh mereka yang menamakan diri sebagai pengikutnya, atau ditafsirkan secara keliru. Hal tersebut berlaku untuk Yudaisme maupun Kristen. Para tentara Perang Salib, sebagai contoh, adalah orang-orang Kristen Eropa yang berangkat dari Eropa pada akhir abad ke-11 dengan tujuan membebaskan Tanah Suci. Mereka mungkin berangkat dengan tujuan agama, tapi nyatanya mereka menyebarkan ketakutan dan kebiadaban ke mana pun mereka pergi.

Kebiadaban mereka, yang menyalahtafsirkan agama Kristen, yang merupakan agama cinta kasih dan tentunya tidak memberikan ruang untuk kekerasan, jelas sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama sejati sama sekali.

Sebagian besar orang yang menggunakan teror atas nama agama merupakan kelompok-kelompok fanatik yang terkait dengan kepercayaan penyembah berhala atau ajaran-ajaran mistik yang baru muncul, yang sama sekali bukan agama wahyu. Kelompok-kelompok ini, terutama di Amerika dan Jepang, melaksanakan tindakan kekerasan yang mengerikan terhadap anggotanya sendiri dan juga orang lain. Termasuk di dalamnya kelompok-kelompok yang membakar diri mereka sampai mati di sebuah tanah pertanian, atau melakukan bunuh diri massal di tempat tidur, atau orang-orang yang menyakiti orang lain dengan melepaskan gas beracun di jaringan terowongan kereta bawah tanah di Jepang. Kelompok lainnya yang mulai menarik perhatian karena tindak terorismenya meliputi kelompok rasis fanatik seperti Ku Klux Klan dan kelompok-kelompok neo-Nazi. Selama lebih dari dua puluh tahun terakhir ini, terlihat adanya peningkatan pemikiran rasis dan fasis di kalangan muda, yang telah menyebabkan makin meningkatnya jumlah tindak kekerasan. Serangan-serangan yang ditujukan terhadap orang-orang Turki di Jerman beberapa tahun lalu, penyiksaan dan penyerangan yang ditujukan kepada orang keturunan Asia dan Afrika di negara-negara Eropa lainnya, dan tindak kekerasan terhadap orang berkulit hitam dan Arab masih terjadi di Amerika Serikat hingga hari ini, semuanya bisa disebutkan di antara cara-cara yang digunakan oleh kelompok seperti itu.

Tidak boleh dilupakan bahwa pada akar semua gerakan-gerakan menyimpang, baik yang dibahas dalam buku ini maupun yang tidak, terdapat kenyataan bahwa orang-orang seperti itu telah berpaling dari akhlaq agama dan telah dibesarkan tanpa pengetahuan yang benar tentang agama. Akhlaq yang umum pada agama Islam, Kristen, dan Yahudi amat bertentangan dengan sistem Dajjal, yang dibangun di atas kekerasan dan kebiadaban. Pada akar agama terdapat cinta, perhatian, dan belas kasih. Allah telah memerintahkan kita untuk memperlakukan sesama dengan adil, tenggang rasa, pengertian, belas kasih, dan rasa hormat. Lebih jauh lagi, manusia diwajibkan bersikap seperti itu tanpa memandang agama, bahasa, ras, atau jenis kelamin dari orang yang dihadapinya. Karena itulah, mustahil terdapat kekerasan di dalam masyarakat tempat akhlaq agama berlaku. Akhlaq agama merupakan satu-satunya sistem yang dapat membimbing manusia ke arah kedamaian dan keamanan. Allah mengungkapkan dalam sebuah ayat,

Serangan terhadap World Trade Center dan Pentagon pada 11 September 2001, dianggap sebagai tindak terorisme terburuk dalam beberapa tahun terakhir. Perang melawan terorisme, sekali lagi, menjadi prioritas karena tewasnya ribuan orang tak bersalah dalam serangan ini.

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara menyeluruh, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya, setan itu musuh yang nyata bagimu." (al-Baqarah [2]: 208)

Halaman-halaman berikut berisi beberapa keterangan tentang kelompok dan organisasi yang menganggap kekerasan sebagai hal yang normal dan perlu. Tujuan di balik penulisan bab ini bukanlah untuk memberikan keterangan tentang organisasi-organisasi teroris ini.

Tujuannya adalah mengungkap sistem ideologi Dajjal, yang memperdaya kelompok-kelompok ini hingga menganggap kekerasan sebagai pemecahan masalah, apa pun pahamnya.

Informasi yang diberikan ini amat penting dari sudut pandang penggambaran rumitnya sistem Dajjal, yang saat ini begitu meluas di dunia.

Teror atas Nama Ras

Salah satu bagian dari cerita sampul di majalah Time tahun 1995, adalah peningkatan pesat dalam jumlah organisasi rasis. Artikel ini menggambarkan bagaimana gerakan rasis bergerak di bawah tanah sejak Perang Dunia II, tapi tidak pernah menghentikan kegiatannya; meningkatnya jumlah serangan rasis di tahun-tahun terakhir ini merupakan sebuah petunjuk tentang hal tersebut.
Perang Dunia II adalah kegilaan yang dipicu oleh ideologi rasis dan fasis. Kekerasan dan pertentangan, nilai yang dianggap suci oleh paham-paham ini, dengan cepat merasuki seluruh dunia, menyebabkan kematian 55 juta korban karena kebiadaban fasis. Walaupun pada kenyataannya kemenangan bisa diraih Sekutu yang berarti fasisme berhasil dikalahkan, fasisme tidak menghilang. Dia hanya bersembunyi di bawah permukaan. Secara keseluruhan, telah terjadi peningkatan yang cukup nyata dalam jumlah organisasi rasis dan fasis serta tindak kekerasan di dunia selama sepuluh tahun terakhir. Sementara Eropa mesti berperang dengan tindak kekerasan yang dilanjutkan oleh gerakan neo-Nazi, Amerika Serikat harus berurusan dengan kebangkitan Ku Klux Klan dan organisasi "keunggulan kulit putih" semacam itu. Saat ini, baik neo-Nazi maupun anggota Ku Klux Klan tengah melancarkan serangan dan mendorong anggotanya untuk melakukan tindakan teror dan kekerasan.

Banyak orang mungkin membayangkan bahwa Ku Klux Klan melakukan sebagian besar serangan dan penindasan terhadap orang berkulit hitam hanya pada 1920-an dan 1930-an, tapi kenyataan itu sudah masuk keranjang sampah sejarah di zaman modern ini. Kelompok Klan masih hidup. Saat ini, di seluruh Amerika Serikat, terdapat banyak sekali gereja Ku Klux Klan, bahkan dengan nama yang berbeda, dan banyak organisasi rasis yang terkait dengan ajaran-ajaran gereja tersebut. Gereja dan organisasi yang terkait dengannya itu tidak hanya bermusuhan dengan orang berkulit hitam, tetapi juga memusuhi semua ras bukan Eropa, terutama muslimin yang tinggal di Amerika, dengan memercayai perlunya suatu kerja sama dalam perjuangan untuk melawan ras-ras tersebut. "Perjuangan" tersebut meliputi pembentukan satuan-satuan bersenjata.

Bukan rahasia lagi bahwa dasar ajaran-ajaran Klan adalah bahwa ras kulit putih Eropa lebih unggul daripada semua ras lainnya, dan bahwa ras kulit putih tidak boleh dikotori oleh ras lainnya. Dalam rangka mencegah pencemaran seperti itu, ras lainnya tidak boleh diizinkan hidup di wilayah ras kulit putih. Pemikirannya adalah bahwa ras lain tidak punya hak untuk setiap bentuk kesempatan yang dinikmati oleh ras kulit putih. Ras-ras ini dianggap sebagai hama yang mencoba mencemari kemurnian dan keunggulan ras kulit putih, dan mereka percaya bahwa segala tindakan yang perlu harus dilakukan untuk melawannya. Pandangan Klan inilah yang menjadi dasar dari serangan-serangan yang dilakukan terhadap ras lain di Amerika. Pada akar pemikiran ini terdapat kebencian dan agresi, dan bukannya cinta, tenggang rasa, dan musyawarah.


Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (al-A’raaf [7]: 199)

Warga Turki telah menderita di tangan gerakan rasis yang makin meningkatkan kegiatannya di Jerman. Rumah-rumah imigran Turki dijarah, dibakar, dan orang di dalamnya terbakar hidup-hidup oleh monster-monster yang kepalanya dipenuhi dengan ajaran-ajaran rasis.

Yang sering dikemukakan sebagai pembenaran ilmiah untuk pemikiran tentang keunggulan ras kulit putih adalah teori evolusi Darwin. Darwin telah mengemukakan bahwa ras tertentu, ras Eropa contohnya, telah berkembang melebihi ras lainnya selama proses evolusi. Mereka yang berada di luar ras yang maju ini, dalam pandangannya, merupakan makhluk primitif yang hanya sedikit lebih baik dari kera. Dengan kata lain, sementara beberapa ras telah melangkah jauh dalam proses evolusi, yang lain tidak beranjak jauh dari moyang primitif manusia: kera. Darwin telah tenggelam dalam prasangka berdasar ras tentang masa depan dan menulis,

"Di masa mendatang, yang tidak begitu lama jika diukur dalam abad, ras-ras beradab manusia hampir bisa dipastikan akan memusnahkan, dan menggantikan, ras-ras biadab di seluruh dunia. Pada waktu yang sama, kera anthropomorphous (seperti manusia),... tak disangsikan lagi telah dipunahkan. Jarak antara manusia dan sepupu terdekatnya dengan demikian makin melebar."(15)

Pandangan rasis Darwin ini telah menjadi pembenaran penting yang dipakai oleh kekuatan penjajahan pada masa itu untuk menyamarkan kebrutalan mereka. Pernyataan yang dikedepankan oleh Darwin menggambarkan teorinya begitu menarik dari sudut pandang pengungkapan pengabaian dan prasangkanya. Dalam sebuah surat kepada seorang ilmuwan bernama W.Graham di tahun 1881, Darwin menyebut bangsa Turki sebagai bukti dari teorinya. Menurut omong kosong Darwin ini, bangsa Turki adalah salah satu bangsa terbelakang yang akan segera lenyap,

"Saya bisa menunjukkan perjuangan dalam seleksi alamiah yang telah terjadi dan telah memberi kemajuan bagi peradaban melebihi dari yang mungkin Anda akui. Ingatlah bahaya yang dialami bangsa Eropa, hanya beberapa abad yang lalu ketika hampir dikuasai oleh orang-orang Turki, dan betapa anehnya pikiran seperti itu sekarang! Ras Kaukasus yang lebih beradab telah memukul bangsa Turki dalam perjuangan hidup dan mati. Dengan melihat dunia, tak lama lagi nanti, betapa banyak ras rendah yang akan dimusnahkan oleh ras yang lebih beradab di seluruh dunia."(16)


Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. (al-Mu`minuun [23]: 96)

Bahkan saat ini, kita masih mendengar tentang gereja orang kulit hitam di berbagai negara bagian Amerika yang dibakar, tentang serangan terhadap masjid dan sinagog, dan serangan terhadap anggota ras yang lain. Menyusul serangan teroris terhadap World Trade Center pada 11 September 2001, khususnya, lingkaran tertentu yang telah terpengaruh dan berbagai organisasi sejenis telah meningkatkan serangannya. Tempat usaha, masjid, dan organisasi muslim di beberapa negara bagian diserang. Pelajar muslim tidak diperbolehkan pergi ke sekolah dan anak-anak muslim diserang di jalan-jalan. Setiap orang yang tidak kehilangan akal sehat dan pikiran yang jernih, tentu tahu bahwa dunia Islam dan muslim sipil yang tidak bersalah, khususnya anak-anak, tidak bisa dianggap bertanggung jawab atas serangan yang kejam ini. (Kenyataannya, menyusul serangan 11 September, telah bangkit reaksi yang cukup mencolok dari orang-orang yang memiliki kecerdasan dan akal sehat, yang mulai memperhatikan Islam. Juga terdapat peningkatan dalam jumlah orang yang pindah agama menjadi Islam). Di pihak lain, keadaan ini hanyalah merupakan satu petunjuk tentang bahaya yang bisa ditimbulkan oleh didorongnya kebencian yang didasarkan atas ras dan kepercayaan.

Namun begitu, anggota Klan tentunya tidak setuju. Mereka sedang sibuk menyiapkan perang besar antarras, yang mereka percayai akan terjadi pada abad ke-21 ini.

Menyusul serangan 11 September terhadap World Trade Center, terlihat peningkatan serangan-serangan bersifat rasis di Amerika, tempat rasisme menyebar luas selama tahun 1990-an. Orang-orang tak bersalah kehilangan nyawa dalam serangan-serangan ini, yang ditujukan pada rumah-rumah muslimin, tempat-tempat kerja dan sekolah, dengan cara yang sama seperti pada serangan terhadap World Trade Center.

Bentuk Pertentangan Ras di Amerika

Ku Klux Klan didirikan pada tahun 1870 dan menjadi amat kuat di Amerika ketika bangkitnya Perang Dunia I. Pada 1920-an, Klan mempunyai sekitar 3-4 juta anggota.(17)

Seperti semua ideologi rasis lainnya, akar paham dan ajaran Klan, yang dimulai dengan pernyataan bahwa "kami akan membantai musuh-musuh kami ketika perang untuk melindungi ras kulit putih dimulai", merupakan pandangan bahwa ras kulit putih menduduki tempat teratas pada garis evolusi, sedangkan ras lainnya diletakkan lebih rendah di bawah, yang menyebabkan mereka mendapatkan perlakuan tidak manusiawi. Banyak sekali jumlah orang di Amerika yang masih berpegang pada pandangan ini. Bisa dikatakan bahwa kelompok-kelompok ini, yang dikelola dengan nama-nama berbeda, seperti National Alliance (Aliansi Nasional), the World Church of the Creator (Gereja Dunia Sang Pencipta) dan Arian Nation (Bangsa Aria), sebenarnya beroperasi di bawah payung Ku Klux Klan.

Persamaan hal terpenting dari pandangan organisasi-organisasi ini, yang beberapa di antaranya akan dibahas di bawah ini, adalah bahwa mereka tidak mempunyai keraguan atas penggunaan kekerasan untuk mencapai tujuannya, dan justru sering menganggap kekerasan dan penyerangan perlu dilakukan.

World Church of the Creator (WCOTC)

Lambang-lambang dan semboyan yang digunakan oleh kelompok-kelompok rasis yang aktif di Amerika Serikat, dengan jelas menyingkap kecenderungan kekerasan dari organisasi-organisasi ini. “Pembersihan Etnis” dalam gambar di bawah ini dijadikan sebuah permainan komputer yang diperuntukkan bagi kalangan muda rasis. Cara memenangkan permainan ini adalah dengan membunuh sebanyak mungkin orang dari ras yang berbeda.

WCOTC merupakan salah satu dari organisasi rasis di Amerika yang semakin kuat dari hari ke hari. Organisasi menyimpang ini mengingkari keberadaan Tuhan, hari akhir, surga dan neraka, dan juga mempunyai banyak pengikut di luar Amerika. Pemikiran keunggulan ras kulit putih menjadi dasar ideologi organisasi ini. Dalam situs internetnya, Ben Klassen, pendiri kelompok rasis ini, berkata tentang ideologi mereka,

"Tujuan dari (agama kami) adalah: Kelangsungan Hidup, Perluasan dan Kemajuan Ras Kulit Putih. (Agama kami) didasarkan atas cinta: cinta pada ras kulit putih.... Dengan demikian, kami menolak... malaikat dan setan dan dewa-dewa....

Golden Rule kami secara singkat dapat disimpulkan sebagai berikut. Bahwa apa yang baik untuk ras kulit putih merupakan pahala tertinggi; apa yang buruk untuk ras kulit putih merupakan dosa terbesar.... Alam memberi tahu kita untuk peduli pada jenis kita sendiri dan hanya jenis kita sendiri. Kami tidak menganggap ras lumpur sebagai bagian dari jenis kami.... Negro, tak pelak lagi, berada pada dasar terendah dari tangga, tidak jauh di atas monyet dan simpanse.... Kami tidak punya niat menolong ras lumpur untuk sejahtera, berkembang biak, dan menyesaki kami dalam tempat terbatas di planet ini."(18)

Pemikiran jahat ini, seperti yang kita lihat, telah diperlakukan sebagai agama oleh para pengikutnya; para anggotanya mengamini hal itu sepenuhnya. Namun begitu, tentunya, sama sekali tak berdasar untuk menyebut kejahatan seperti ini sebagai sebuah agama. Akan lebih tepat jika kita namakan hal tersebut sebuah nama lain dari Darwinisme Sosial, yang ajaran utamanya adalah perjuangan di masa depan melawan ras lainnya. Pernyataan itu sebenarnya telah dinyatakan dengan semboyan "Rahowa" (Racial Holy War/Perang Suci Rasial) dan telah dianggap sebagai nilai inti oleh kelompok tersebut. Dalam pidato lainnya, Ben Klassen memberitahukan kepada pengikut-pengikutnya apa makna Rahowa sebenarnya dan tidak ragu untuk mengajak mereka mengangkat senjata,

"RAHOWA! Dalam satu kata ini, kita merangkul seluruh tujuan dan program, tidak hanya Church of the Creator, tetapi juga seluruh ras kulit putih, dan inilah dia: kita menerima tantangan. Kita bersiap untuk perang total melawan Yahudi dan seluruh ras lumpur bedebah di dunia, secara politik, militer, keuangan, moral, maupun agama. Memang kita menganggap hal itu sebagai jantung dari ajaran agama kita dan ajaran yang paling suci dari segalanya. Kita menganggapnya sebagai perang suci hingga akhir: sebuah perang suci demi ras kita."(19)

Perang yang dinanti-nantikan antarras merupakan salah satu tujuan utama dari organisasi Klan. Hal tersebut ditekankan dalam hampir setiap pertemuan. Selama pidato, anggota Klan dipenuhi dengan gairah untuk berperang, dan banyak petunjuk ke arah itu dimuat dalam tulisan-tulisan mereka. Hasutan ke arah perang ini, yang saat ini sudah mencapai kedudukan mistis di antara mereka, sering dapat dilihat dalam terbitan-terbitan Klan. Sebagai contoh, jurnal Knight-Ridder, yang meliput pertemuan nasional di Kolombia, menyebutkan kalimat-kalimat berikut.

Ben Klassen

"King adalah pemimpin dari Christian Knights (Ksatria-Ksatria Kristen), yang mengidamkan kebangkitan Ku Klux Klan... Dia menunjuk ke arah jalan tempat dia dan seorang temannya menghiasi halaman depan mereka dengan patung berjubah Klan. Dia berkata, 'Perang ras akan datang. Klan merupakan satu-satunya harapan bagi ras kulit putih.'"(20)

Seperti kebanyakan organisasi rasis, Rahowa didirikan atas kepercayaan evolusi. Tingkat permusuhan terhadap ras lain seperti itu dan tidak adanya penyesalan atas penggunaan kekerasan sebagai jalannya, semuanya merupakan akibat kepercayaan pada teori evolusi. Tidak ada yang bisa mencegah seseorang yang menganggap orang lain sebagai binatang untuk menyiksa, menyerang, dan jika perlu membunuh orang tersebut.

Pernyataan Matt Hale berikut ini, yang menjadi pemimpin organisasi setelah Ben Klassen, merupakan salah satu contoh dekatnya hubungan antara pemikiran yang mereka perlakukan seperti agama dan kepercayaan pada evolusi.

"Tapi kita memang binatang. Itulah masalahnya. Kita tidak menerima pemikiran bahwa karena kita bisa berpikir dan berbicara dan berjalan di atas dua kaki lalu kita tidak terikat dengan hukum-hukum alam. Kita memang terikat."(21)

Kata-kata ini merupakan sebuah petunjuk tentang keanehan, pandangan berbeda organisasi ini tentang agama. Tentunya, agama tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan Kristen, yang menganjurkan kerendahan hati, cinta, dan tenggang rasa. Dan, para pemimpin organisasi tersebut tidak ragu untuk mengakui kenyataan ini. Berikut merupakan kutipan dari wawancara Matt Hale yang menyimpulkan dengan baik pandangan mereka tentang agama.

Matt Hale

"(Kita tidak butuh) agama seperti Kristen, yang menyuruh manusia untuk mencintai musuh-musuhnya, mencintai yang tak berdaya dan lemah. Kita butuh agama yang meninggikan rakyat kita dan hanya rakyat kita sendiri.... Jadi, kita perlu mengakui hal ini dan menyingkirkan pemikiran bahwa semua manusia diciptakan sederajat dan pernyataan tolol semacam itu.... Apa yang kita percayai untuk dilakukan adalah mengakhiri segala bantuan kepada semua yang bukan ras kulit putih. Kita percaya bahwa tanpa bantuan ini, orang yang bukan ras kulit putih akan dengan cepat menyusut jumlahnya. Mereka tidak bisa memberi makan diri mereka sendiri.... Kita percaya bahwa sebuah dunia sempurna akan lebih dimungkinkan tercapai dengan hanya berisikan ras kulit putih, persaudaraan ras kulit putih di seluruh dunia. Kita pun percaya bahwa ketika ras bukan kulit putih telah disingkirkan dan ras kulit putih telah dipersatukan dengan ajaran yang mendukung hidup dan kehidupan seperti ajaran Creativity, akan ada perdamaian dan kemakmuran untuk rakyat kulit putih kita."(22)

Orang-orang yang menyatakan keunggulan satu ras dan memercayai bahwa sifat-sifat mereka membuat mereka lebih unggul dari yang lain, sedang melupakan satu kenyataan penting: tidak satu pun nilai-nilai tersebut yang abadi. Setiap manusia, beriman atau kafir, cepat atau lambat akan mati, meninggalkan semua yang dia miliki di dunia ini, dan mempertanggungjawabkan dirinya ke hadapan Tuhan. Pada hari itu, tidak seorang pun akan mampu menolong yang lain, tidak ada ras, warna kulit, atau nenek moyang yang punya nilai walau sedikit, tidak ada miliknya di dunia yang akan memberi manfaat baginya walau sedikit, dan tidak seorang pun akan mampu memberikan alasan untuk membenarkan tindakannya. Allah menggambarkannya dalam sebuah ayat,

"Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak pula mereka saling bertanya." (al-Mu`minuun [23]: 101)

Ajaran-Ajaran Klan

Tulisan berikut diambil dari sebuah pidato Matt Hale pada sebuah pertemuan Klan tanggal 14 Januari 2001.

-Mengutarakan persamaan ras adalah penghinaan untuk ras kita.

-Kita memandang hina dan membenci penyatuan, perkawinan antarras, dan membanjirnya kedatangan ras bukan kulit putih ke negara ini.

-Perkawinan antarras adalah dosa terhadap masyarakat kita.

-Gerakan Hak-Hak Sipil adalah keliru bagi kita. Hal itu keliru untuk kepentingan kita.

-Ras kulit putih dalam hal kecerdasan lebih unggul dari semua ras lainnya.

-Saat kemenangan kita tiba, saat kita berkuasa di dunia ini seperti yang kita inginkan, seperti yang akan kita alami, pastilah kita akan memberi pertolongan terbaik untuk ras kita, yang terpandai di antara ras kita untuk memiliki keturunan terbanyak.

-Masa depan akan menjadi masa ketika kita memiliki tanah yang putih dan kita akan mengusir ras lainnya.

-Mereka akan didorong dengan paksa ke dalam perahu pengungsi, dengan sah menurut hukum! Itulah yang akan menjadi hukum.

-Ras bukan putih sama sekali tidak ada artinya. Jika mereka tergeletak dalam kolam darah, itu pun sama sekali tak ada artinya. Apa yang saya pedulikan adalah ras dari keluarga saya sendiri.

-Otak yang membuat ras berbeda. Tiap ras memiliki bentuk dan ukuran otak yang berbeda.

-Tentang mengapa kebanyakan pembunuh berantai berkulit putih.... Orang kulit putih merencanakan apa yang mereka kerjakan. Orang kulit putih sungguh-sungguh berpikir. Kebanyakan kejahatan yang dilakukan orang kulit hitam merupakan tindakan spontan. Orang kulit putih berpikir tentang kejahatan yang akan dilakukannya. Orang kulit putih terlibat jenis kejahatan tersebut karena hal tersebut memerlukan banyak perencanaan.(23)

-Kata-kata ini dengan jelas mengungkapkan cara berpikir anggota Klan. Jenis mental seperti inilah yang memungkinkan bahkan tindakan pembunuhan berantai pun menjadi sumber kebanggaan dan kebiadaban dibenarkan atas nama keunggulan ras.

The National Alliance

Salah satu organisasi fasis yang mendapat dukungan dari kalangan muda di Amerika adalah The National Alliance (Aliansi Nasional). Organisasi ini awalnya didirikan pada tahun 1970 oleh Dr. William Pierce, seorang dosen muda bidang fisika pada Oregon State University, dengan nama The National Youth Alliance (Aliansi Pemuda Nasional). Cirinya yang menonjol adalah menjadikan perguruan tinggi dan universitas sebagai sasaran. Umur keanggotaan dibatasi di bawah tiga puluh tahun. Namun selanjutnya, batasan umur dihapuskan dan sebuah organisasi baru diciptakan dengan nama The National Alliance. Salah satu tujuan utama organisasi ini adalah menekankan sangat pentingnya mendidik pemuda dengan pemikiran-pemikiran rasis. Hal itu, dipercayai, akan memungkinkan munculnya generasi mendatang yang punya kesadaran akan keunggulan ras mereka. Seperti semua organisasi rasis lainnya, The National Alliance bertujuan untuk mempertahankan keunggulan ras kulit putih dalam keadaan apa pun. Dr. Pierce merangkum tujuan-tujuan ini dalam sebuah wawancara dengannya pada tahun 1997,

"Pada akhirnya, kita harus memisahkan diri kita dari orang-orang kulit hitam dan orang-orang bukan kulit putih lainnya, dan mempertahankan agar kita tetap terpisah, tak peduli apa pun yang diperlukan untuk mencapai hal itu.... Pada akhirnya, kita harus mengejar mereka dan menyingkirkan mereka."(24)

Hal itu, tentu saja, bukanlah satu-satunya kemiripan antara The National Alliance dengan organisasi fasis lainnya. Seperti halnya dengan orang-orang yang percaya pada teori evolusi, hal tersebut juga tampak jelas pada The National Alliance. Tak peduli berapa banyak anggota organisasi yang mengaku taat beragama, pernyataan-pernyataan mereka mengungkapkan bahwa kepercayaan mereka benar-benar bertentangan dengan agama. Secara umum, pernyataan mereka adalah sebagai berikut.

Dr. William Pierce
"Kami melihat diri kami sebagai bagian tak terpisahkan dengan kesatuan dunia di sekeliling kami, yang berputar sesuai dengan hukum alam. Dengan kata paling sederhana: Hanya ada satu kenyataan, yang kami namakan Alam:... Kami adalah bagian dari alam dan berada di bawah hukum-hukum alam. Dalam cakupan hukum-hukum inilah, kami bisa menentukan nasib kami sendiri.... Dengan kata lain, kami sendirilah yang bertanggung jawab atas segala hal, dan untuk itu kami memiliki kekuatan untuk memilih: khususnya, dalam lingkungan kami dan untuk masa depan ras kami. Pandangan ini mungkin berlawanan dengan pandangan Yahudi."(25)

Seperti yang telah kita lihat, penggunaan prinsip-prinsip agama dalam pidato-pidato oleh kelompok rasis dan fasis, dan usaha mereka untuk menampilkan diri mereka sebagai orang yang hidup dengan moral agama, adalah sekadar taktik tipuan. Penelitian oleh sosiolog dan akademisi menegaskan kenyataan ini. Salah seorang akademisi itu adalah Jack Levin, direktur studi tentang Kekerasan dan Pertentangan Sosial pada Boston's Northeastern University. Levin menyatakan bahwa alasan kelompok-kelompok ini menggunakan sumber-sumber Alkitab adalah untuk "memberikan sebuah citra kebenaran agama" untuk pesan-pesan mereka yang penuh kebencian.(26)

Neo-Nazisme: Sebuah Ideologi yang Didasarkan pada Kekerasan dan Teror

Sementara kelompok-kelompok rasis dan anti-perbedaan di Amerika bersatu di bawah payung Ku Klux Klan, neo-Nazi mengambil peran serupa di Eropa. Rasisme Eropa dimulai dengan orang-orang keras kepala di Inggris, yang kemudian berubah menjadi gerakan neo-Nazi di tahun 1990-an. Ciri utama dari kelompok yang menamakan diri mereka sebagai neo-Nazi adalah, seperti juga Ku Klux Klan, mereka menyatakan keunggulan ras kulit putih dan menyerang orang-orang asing dan orang-orang yang tinggal di lingkungan miskin.

Gerakan neo-Nazi telah tumbuh semakin kuat dalam sepuluh tahun terakhir ini dan lingkup pengaruh mereka makin meluas. Anggota mereka saat ini berjumlah sekitar 70.000 orang. Neo-Nazi telah menetapkan berbagai sasaran mereka di negara-negara yang berbeda. Menurut sebuah penelitian, orang-orang Turki di Jerman, Gipsi di Hungaria, Slowakia dan Republik Ceko, orang-orang Asia di Inggris, orang-orang Afrika Utara di Prancis, dan orang-orang Timur Laut di Brazil, adalah di antara orang-orang yang sudah tercatat sebagai korban. Ciri-ciri menonjol neo-Nazi adalah kekerasan, kebencian, penggunaan ancaman, dan pengrusakan.

Menurut catatan resmi di Jerman, pada tahun 1997 saja terjadi 10.037 kali kejadian yang terkait dengan rasisme dan anti-ras lain. Angka ini pada tahun 2000 mencapai lebih dari 10.000 kali. Di Inggris, terjadi 10.982 kejadian yang terkait rasisme pada periode antara April dan September saja. Lebih dari separuh dari kejahatan ini meliputi ancaman, gangguan, dan intimidasi. Sisanya terdiri atas pembunuhan, penyerangan, pengrusakan rumah dan usaha, dan lain-lain.

Buku The Turner Diaries dan Hunter, ditulis oleh William Pierce dengan nama samaran Andrew Mcdonald, salah seorang pemimpin National Alliance, merupakan sumber inspirasi yang penting bagi kalangan rasis di seluruh dunia. The Turner Diaries menceritakan bagaimana seorang rasis sendirian mengebom markas FBI. Pahlawan dalam buku Hunter membunuh orang Yahudi dan orang-orang minoritas lainnya.
Louis Beam dam William Pierce, pengemuka paham ekstrem kanan Amerika, saling mendukung pada posisi yang penting dalam gerakan neo-Nazi yang berkembang selama 1990-an. Pemikiran seperti "perlawanan tanpa pimpinan" dan "revolusi putih" yang dikemukakan kedua orang ini sekarang telah menguasai pemikiran dari gerakan neo-Nazi. Pada akar dari berbagai tindakan teror, seperti pengeboman, penjarahan, dan pengrusakan tempat-tempat kerja di berbagai negara di dunia, selalu dapat ditemukan pemikiran mereka tentang "perlawanan tanpa pimpinan". Menurut pemikiran mereka, tindakan neo-Nazi harus dilaksanakan atas dasar gerakan perorangan dan kelompok-kelompok kecil.

Buku Hunter dan The Turner Diaries yang ditulis oleh William Pierce telah dianggap sebagai sumber ilham utama di balik teror neo-Nazi. Selebaran A Practical Guide to Aryan Revolution oleh Gerakan Nasionalis Sosialis Prancis, yang mengambil buku-buku tersebut sebagai dasar teorinya, berisikan semua keterangan yang diperlukan seorang neo-Nazi. Selebaran ini merupakan buku panduan teroris yang rinci, yang terbagi dalam bab-bab yang berjudul seperti Metode Aksi Langsung Terselubung, Pelarian dan Persembunyian, Pembunuhan, Teror Bom, Sabotase, Perang Ras, Bagaimana Menciptakan Keadaan Revolusi, Peraturan Pertempuran: Aturan Tentang Perilaku Prajurit dari Tentara Pembebasan Bangsa Arya.(27)

Meskipun mereka tidak berperan giat dalam kelompok-kelompok ini, banyak orang yang justru mendukung fasisme dan terpengaruh oleh buku-buku ini. The Turner Diaries, misalnya, menggambarkan tentang bagaimana sebuah kelompok bawah tanah mengorganisir diri dalam melawan negara dan kegiatan apa yang mereka lakukan. Dalam pembelaannya, seorang pria bernama John William King, yang membunuh seorang pria berkulit hitam bernama James Byrd Jr. di tahun 1998 dengan mengikat dan menyeretnya di belakang mobil pick-up, dilaporkan telah menyatakan, "Kami akan memulai The Turner Diaries lebih dini."(28)

Menyusul pemboman Oklahoma 1993 oleh Timothy McVeigh, perhatian beralih kepada buku William Pierce, Hunter, di mana di dalamnya Pierce menggambarkan tindakan seorang pengebom yang bertindak sendirian. Pahlawan dalam buku ini tidak mendapat dukungan dari kelompok atau organisasi mana pun, tapi dengan sadar melaksanakan serangan teroris sendirian, seperti yang telah dilakukan oleh Timothy McVeigh.(29)

Ideologi neo-Nazi, yang bergerak pesat kembali di seluruh dunia dalam tahun-tahun terakhir, mengubah anggotanya menjadi orang yang menikmati kekerasan dan pertumpahan darah. Gerakan neo-Nazi memikat anggota masyarakat yang apatis dan tetap menjadi ancaman di banyak negara.

Pengebom Oklahoma adalah Seorang Neo-Nazi

Hingga 11 September 2001, serangan teroris terburuk yang pernah disaksikan orang Amerika adalah serangan pada Gedung Federal di Oklahoma oleh Timothy McVeigh, yang mengakibatkan 168 orang kehilangan nyawa, termasuk sejumlah anak-anak. Yang menarik dari pengeboman ini adalah Timothy McVeigh merupakan anggota dari sebuah aliran pemujaan sesat dan juga seorang neo-Nazi.

McVeigh menyatakan bahwa pengeboman itu merupakan pembalasan atas David Koresh dan pengikutnya yang terbakar sampai mati di sebuah pertanian pada 1993. Menurut McVeigh, Koresh dan anggota aliran pemujaan tersebut tidaklah bunuh diri, tetapi dibunuh oleh negara Amerika sendiri. Karena itulah, dia memutuskan untuk membalas dendam terhadap negara dan berencana mengebom orang-orang yang bekerja atas nama negara di Gedung Federal. Tepat dua tahun setelah kematian Koresh dan pengikut aliran pemujaannya, pada peringatan tahun kedua kejadian itu, McVeigh dengan darah dingin memarkir kendaraan gandeng penuh bahan peledak di depan Gedung Federal dan selanjutnya telah tercatat dalam sejarah. Setelah serangan, McVeigh ditolong oleh seorang neo-Nazi lainnya, Terry Nichols. Kenyataan terpenting dari terungkapnya orang-orang yang membantu Nichols dan McVeigh sebelum penyerangan, yang membantu pengadaan bahan peledak dan mengetahui apa yang direncanakan McVeigh, adalah bahwa mereka semuanya pengikut neo-Nazi.

Sesaat sebelum hukuman matinya, McVeigh mengirimkan sebuah surat kepada The Buffalo News yang di dalamnya ia berkata tidak menyesali pengeboman itu, yang ia pandang sebagai sebuah "taktik yang sah" dalam perang pribadinya melawan pemerintahan federal. Serangan tersebut, akibat terganggunya jiwanya, sekali lagi merupakan petunjuk jelas tentang betapa hebat kerusakan yang ditimbulkan oleh gerakan yang sedang kita bahas terhadap perorangan maupun masyarakat.(30)

Pengeboman di Oklahoma oleh Timothy McVeigh menjadi sampul majalah Time. Gambar di halaman samping dan di sebelahnya memperlihatkan pemandangan setelah serangan.
Seperti yang telah dapat kita ketahui dari banyak contoh, orang-orang yang terperangkap di dalam sistem Dajjal percaya bahwa adalah hal yang sangat dapat dibenarkan jika kita membedakan manusia atas dasar ras, bahasa, dan jenis kelamin, dan melakukan kebrutalan terhadap mereka. Bahkan, membeda-bedakan antarmasyarakat itu bisa berubah menjadi sejenis perbuatan membabi buta yang mengarah pada perang dan penghancuran. Orang-orang diserang hanya karena bahasa, agama atau ras mereka, dan tanpa sebab harus menderita berbagai bentuk penyiksaan. Salah satu penyebabnya, seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur`an, adalah karena setan menampakkan "keganasan fanatik" sebagai hal yang benar dan terhormat. Kebanyakan dari kelompok-kelompok yang saat ini mendorong terorisme, atau yang melakukan tindakan sedemikian, telah terperangkap dalam godaan ini dan mendasarkan tindakannya pada pernyataan-pernyataan rasis. Jelaslah dari ayat-ayat berikut betapa besarnya

hasutan-hasutan rasis tersebut melanggar prinsip-prinsip Islam.

"Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat taqwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat taqwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (al-Fat-h [48]: 26)

Perbedaan yang ada pada manusia di dunia diciptakan agar manusia saling mengenal, untuk menjalin hubungan baik satu sama lain, bukan untuk bermusuhan satu dengan yang lainnya. Dalam Al-Qur`an, Allah telah mengungkapkan bahwa ideologi "ras unggul" yang menyebabkan suasana teror yang diinginkan oleh Dajjal, adalah sama sekali palsu. Hanya akhlaq yang lebih baik yang memberikan suatu keunggulan kepada masyarakat, budaya, atau pribadi. Memang, apa pun ras seseorang, apa pun bahasa yang dipakainya, atau apa pun warna kulit mereka, semua itu tidaklah menentukan. Mencoba mengungkit keunggulan atas dasar nilai-nilai tersebut di atas dan melabuhkan perasaan benci terhadap masyarakat lainnya, merupakan akibat dari paham-paham Dajjal. Berikut ini, Allah berfirman bahwa perbedaan antarras merupakan alat untuk menciptakan persahabatan dan pertukaran budaya, dan keunggulan hanya tergantung atas taqwa, dengan kata lain, atas iman dan akhlaq.

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (al-Hujuraat [49]: 13)

Setanisme, Teror oleh Setan

Setanisme (Satanism, ajaran setan) adalah ajaran sesat yang menjadikan kekerasan dan kebiadaban sebagai ibadah dalam ajarannya. Pemeluk Setanisme (Satanist), orang-orang yang menyebut dirinya demikian, menjadikan perbuatan tak berperikemanusiaan dan kebrutalan sebagai tindak pemujaan.

Ketika kata Setanisme disebutkan, sebagian besar orang hanya membayangkan penyebaran pengaruhnya atas jiwa kalangan muda dan menganggapnya sebagai gerakan mistis yang tidak begitu penting. Juga, karena pengaruh media massa, mereka mungkin mengira pemeluk Setanisme sebagai orang-orang yang melakukan ibadah aneh, yang tidak dilakukan oleh orang waras dan orang biasa pada umumnya. Memang benar bahwa pemeluk Setanisme merupakan bagian dari budaya kekerasan dan melakukan ibadah yang aneh serta mengerikan, namun yang tidak diketahui oleh sebagian besar orang adalah bahwa Setanisme merupakan paham materialis dan ateis yang mendukung kekerasan dan sudah ada sejak 1800-an. Ideologi tersebut bahkan mempunyai banyak pengikut di seluruh dunia.

Prinsip utama Setanisme adalah penolakannya terhadap semua nilai agama, mengambil setan sebagai tuhannya, dan menyatakan bahwa neraka merupakan suatu jalan keselamatan. Menurut kepercayaan Setanisme, manusia tidak punya kewajiban selain dari memuaskan hasratnya sendiri. Jika hasratnya mengarahkan dirinya pada kemarahan, kebencian, dendam, tipu daya, pencurian, dan menyakiti orang lain atau bahkan pembunuhan, hal tersebut lumrah. Jalan pikiran dasar Setanisme bersandar pada (yang mendukung kepercayaan tersebut) pernyataan bahwa penghindaran kejahatan merupakan bentuk ketidakjujuran. Dengan kata lain, kepercayaan sesat ini percaya jika hasrat seseorang mendorong dirinya untuk membunuh orang lain dan jika dia bertindak menuruti dorongan itu, dia telah bertindak jujur.

Kebaikan, seperti cinta, tenggang rasa, kesabaran, dan sifat pemaaf, yang sangat dihormati oleh sebagian besar manusia dan merupakan bagian dari moral yang benar, justru dibenci oleh penganut Setanisme. Ideologi menyimpang ini menyatakan bahwa tidak boleh ada pembatasan atas kejahatan dan perasaan seperti kebencian, kemarahan, dan dendam. Pasal 5 dari The Satanic Bible, yang diterima secara luas sebagai buku acuan Setanisme, menyatakan--bertolak belakang dengan prinsip Alkitab yang mengatakan "kepada orang yang menampar pipi kirimu, berikan juga pipi kananmu"--bahwa "setan menyukai pembalasan dendam, bukan menyerahkan pipi kananmu". Di bagian lain buku tersebut terdapat perintah,

"Bencilah musuhmu dengan sepenuh hati, dan jika seseorang menamparmu di pipi kirimu, HAJAR dia di pipi kanannya."(31)

Jelaslah bahwa menurut pemikiran seperti itu, akan mustahil untuk mencegah setiap bentuk kejahatan. Suasana seperti ini tak pelak lagi akan mengarah kepada kekacauan dan perselisihan. Mustahil berbicara tentang ketertiban, ketenangan dan keamanan, maaf-memaafkan, atau tenggang rasa dalam masyarakat yang orang-orangnya tidak mendengarkan suara nurani mereka sehingga tidak bisa membedakan antara kebaikan dan keburukan, atau menggunakan kehendak dan keputusannya untuk melakukan kebajikan. Dalam lingkungan seperti itu, seseorang yang merasakan kemarahan terhadap orang lain, ia tidak akan mampu menahan amarah dan bersikap tidak berlebihan, dan akhirnya akan berusaha membalaskan dendamnya. Atau, daripada bersikap sabar dalam keadaan sulit dan miskin, dan mencoba mengatasi masalah menurut akal sehat, orang-orang ini malah memilih pencurian dan tindak kejahatan lainnya. Setanisme merupakan pembenaran mereka dalam melakukan hal tersebut.

Anton LaVey (kanan) dan the Satanic Bible (kiri).

Jenis masyarakat yang diinginkan oleh ideologi Setanisme tidak mengenal aturan dan batasan. Tujuannya adalah kebebasan menyatakan hasrat dan kejahatan. Dalam bukunya The Satanic Bible, Anton LaVey, yang dianggap sebagai pendiri Setanisme modern, menganjurkan pada pengikutnya agar mereka hidup dengan dan untuk menganjurkan kejahatan sesuka mereka. Dalam sebuah wawancara, LaVey bahkan berkata, "Saya merasa bahwa hukum, tentunya, dibuat untuk dilanggar.... Saya tidak melihat ada yang salah dengan merampok orang di jalan."(32)

Penolakan Setanisme untuk mengakui adanya batasan, tidak berhenti sampai di situ. Manusia tidak hanya akan menyakiti diri mereka sendiri dan orang di sekeliling mereka, tetapi juga akan menujukan permusuhan dan kemarahannya kepada semua orang. Lebih jauh dari itu, penolakan untuk mengakui batasan akan mengarah pada dianggapnya kekerasan sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Menurut Setanisme, kekerasan merupakan kenyataan alamiah, dan dengan begitu tidak bisa dihindarkan. Karena itu, pandangan yang sesat ini menyatakan adalah sangat dibolehkan jika ada orang yang ingin menggunakan kekerasan. Karena segala upaya mencegah atau mengurangi kekerasan itu melanggar apa yang disebut alamiah, segala upaya untuk melakukan hal itu adalah sia-sia, sehingga juga tidak masuk akal.

Seperti yang telah kita lihat, Setanisme menganut kepercayaan yang amat sesat, yang mendorong manusia untuk bertindak membabi buta, untuk melakukan pembunuhan, bahkan pembantaian massal. Di Amerika, khususnya, para akademisi sepakat bahwa Setanisme berada pada akar teror nasional dan harus diambil langkah serius untuk mengatasinya. Salah seorang dari para akademisi tersebut, Carl Roschke, seorang dosen pada Denver Univesity, menekankan pentingnya masalah ini dengan menyatakan, "Kita jelas-jelas sedang berurusan dengan jalan yang ditempuh pikiran setan yang mendasari terorisme dalam negeri."(33) Roschke berkata bahwa langkah terpenting dalam perang yang akan dilancarkan terhadap Setanisme adalah dengan menyatakan bahwa para pengikut Setanisme bukanlah sekadar "orang gila yang tak berbahaya", karena jika kejahatan mereka ditelaah, kita akan paham betapa berbahayanya orang yang mengaku sebagai penganut Setanisme.(34)

Tidak disangkal lagi, pertempuran terpenting melawan gerakan seperti ini harus pula bersifat perang pemikiran, sehingga kita harus mengenal atas dasar ideologi apakah Setanisme itu didirikan.

Darwinisme Merupakan Dasar Pemikiran Setanisme

The Secret Life of a Satanist merupakan biografi Anton LaVey.
Salah satu cara yang paling lazim digunakan oleh pemeluk Setanisme untuk memperkenalkan diri mereka, dalam buku-buku, majalah dan terbitan-terbitan, dan juga situs internet mereka, adalah menganggap manusia sebagai "jenis binatang yang sudah maju" dan menyatakan bahwa "hanya yang terkuat dapat bertahan". Inilah bukti terpenting yang membuktikan bahwa Darwinisme terdapat pada akar kepercayaan pemeluk Setanisme. Kenyataannya, banyak pemeluk Setanisme yang tidak ragu mengakui kenyataan itu. Dalam A Description of Satanism, seorang penulis Setanisme menggambarkan ideologi ini dalam kalimat berikut.

"... Pertama-pertama, manusia adalah binatang sosial... semua orang dan binatang saling berbagi sumber daya yang sama dalam kehidupan. Setanisme adalah kepercayaan bahwa manusia itu tidak lebih dari sekadar jenis binatang yang lebih tinggi tingkatannya: kita tidak punya tempat khusus dalam penciptaan kecuali selain lebih beruntung telah berevolusi dan bertahan...."(35)

Terbitan pemikir Setanisme lainnya, The Church of Satan, menggambarkan bagaimana mereka memercayai bahwa manusia adalah jenis binatang yang telah maju,

"Karena Setanisme mengakui bahwa manusia adalah binatang, telah banyak pencipta di banyak kebudayaan masa lalu yang menerima pandangan ini dan menyelidikinya dalam lingkup masyarakat mereka, sehingga kita menggali pernyataan filsafat seni ini dan memandangnya sebagai akar dari kesadaran kita saat ini."(36)

Jelaslah dari penjelasan tadi bahwa Setanisme menganggap teori Darwin, bahwa manusia berevolusi dari binatang, sebagai sumber dari "kesadaran" ideologinya. Dalam pembukaan sebuah wawancara dengan Anton LaVey, yang dilakukan jurnal musik MF Magazine, digambarkan suatu hubungan antara Setanisme dan Darwinisme,

Satan Speaks dan The Devil's Notebook oleh Anton LaVey mengungkap kepercayaan menyimpang pemeluk Setanisme.

"Pada akhir 1960-an, Anton LaVey mengemukakan sebuah doktrin yang bisa dipahami dengan mudah tentang Darwinisme sosial dan pemikiran positif yang kuat (bersifat magis) kepada sejumlah orang-orang yang makin meningkat jumlahnya, yang sudah bosan baik pada hura-hura maupun pada moral Kristen yang macet."(37)

Mgr. Peter H. Gilmore, seorang pendeta pada Gereja Setan (The Church of Satan), menggambarkan agama sesat ini dengan pernyataan berikut.

"... Marilah kita tinjau Setanisme modern yang sebenarnya: sebuah agama brutal dalam kelompok tersendiri dan Darwinisme Sosial yang bertujuan untuk menegakkan kekuasaan golongan yang kuat atas orang-orang bodoh, keadilan kilat atas ketidakadilan, dan penolakan atas segala bentuk persamaan sebagai mitos yang telah menghambat kemajuan makhluk manusia selama dua ribu tahun terakhir."(38)

Tentu saja, pemikiran tentang keadilan, seperti yang disebutkan di atas, sama sekali tidak memiliki kemiripan dengan makna keadilan yang kita anggap sewajarnya, yaitu, yang ditegakkan atas prinsip-prinsip persamaan. Pendapat di atas merupakan sebuah pemikiran pemeluk Setanisme tentang keadilan. Seperti yang akan terlihat dari penjelasannya, pendapat ini membolehkan siapa pun yang menganggap dirinya lebih unggul dari orang lain untuk menyerobot semua hak dan kekuasaan.

Cara-cara Setanisme yang memiliki begitu banyak kesamaan dengan Darwinisme Sosial, yang menganggap masyarakat Barat lebih unggul daripada masyarakat lain, telah mengarah pada kerja sama antara penganut Setanisme dan gerakan rasis, dan pengagungan terhadap bangsa sendiri lainnya, terutama fasisme. Kita dapat menemukan pribadi-pribadi yang percaya pada Setanisme di antara pengikut Sosialis Nasional Hitler dan Baju Hitam Mussolini. Anton LaVey mengutip adanya kerja sama tersebut,

"Itu adalah persekutuan kotor. Banyak orang seperti itu dari kalangan berbeda yang dulu pernah menghubungi kami. Kekuatan anti-Kristen dari Sosialis Nasional merupakan bagian dari daya tarik orang-orang Setanisme: dalam drama, pencahayaan, tarian, yang mereka gunakan untuk menggerakkan jutaan orang."(39)

Darwinisme merupakan landasan utama yang memiliki kesamaan kecenderungan dengan Setanisme. Darwinisme Sosial, yang terletak di jantung ideologi-ideologi menyimpang ini, dibela oleh para satanis sebagai berikut.

Salah satu kriteria utama yang dikemukakan oleh teori eugenika adalah ukuran tengkorak manusia. Menurut pernyataan yang tidak ilmiah ini, orang-orang dengan tengkorak yang lebih kecil itu lebih terbelakang dan akan mengalami kemusnahan.
"Prinsip kemampuan bertahan hidup golongan yang kuat diajarkan pada semua tingkat masyarakat, mulai dari membiarkan seseorang bertahan atau kalah, hingga membiarkan bangsa-bangsa yang tidak mampu mengurus dirinya sendiri menerima akibat dari ketidakmampuannya.... Akan terjadi pengurangan penduduk dunia sebagai akibat yang lemah dibiarkan untuk menderita akibat Darwinisme Sosial. Begitulah alam selalu bertindak untuk membersihkan dan memperkuat anak-anaknya.... Kami menerima kenyataan dan tidak mencoba untuk mengubahnya agar menjadi angan-angan kosong yang berlawanan dengan kenyataan sesungguhnya."(40)

Pendapat Setanisme lain yang terkait pada Darwinisme Sosial adalah dukungan kuat mereka untuk teori eugenika, yang merupakan hasil dari fasisme. Teori eugenika menyatakan bahwa orang-orang yang sakit dan cacat seharusnya disingkirkan dari masyarakat, sedangkan jumlah pribadi-pribadi sehat diperbanyak melalui perkembangbiakan. Teori ini paling banyak diterapkan oleh Nazi Jerman. Menurut teori eugenika, seperti binatang ternak yang dikembangbiakkan dengan mengawinkan jenis ternak yang sehat, begitu pulalah ras manusia juga dapat diperbaiki. Unsur-unsur yang menghalangi pembiakan (orang sakit, cacat, terbelakang, dan lainnya) perlu dibasmi. Sewaktu kebijakan ini diterapkan oleh Nazi Jerman, puluhan ribu orang yang menyandang penyakit turunan dan kejiwaan dibantai dengan kejam.

Setanisme juga menyetujui sikap tanpa ampun yang mengerikan itu. Buku-buku terbitan mereka mengungkap pandangan mereka tentang eugenika,

"Para penganut Setanisme juga berusaha memperkaya hukum-hukum alam dengan memusatkan perhatian pada praktik eugenika.... Yaitu praktik yang mendorong manusia berbakat dan berkemampuan untuk berkembang biak, untuk memperkaya sifat-sifat turunan yang akan menjadi asal perkembangan bangsa kita. Hal ini telah secara umum dilakukan di seluruh dunia.... Hingga kode genetika bisa dipecahkan dan kita bisa memilih sifat-sifat keturunan kita sesuai keinginan, penganut Setanisme berusaha menjodohkan yang terbaik dengan yang terbaik."(41)

Ibadah Sesat Setanisme

Misa hitam, juga hal-hal mengerikan yang dilakukan di dalamnya, adalah hal yang terlintas dalam pikiran seseorang ketika Setanisme disebutkan. Akan tetapi, banyak orang percaya bahwa hal itu hanya mungkin terjadi di dalam film-film dan tak ada kejadian seperti itu dalam kehidupan yang sesungguhnya. Padahal, pemandangan mengerikan yang biasa kita lihat dalam film-film memang merupakan bagian dan ciri dari ibadah serta misa pemeluk Setanisme.

Tujuan sesungguhnya di balik ibadah-ibadah ini adalah untuk menjalin hubungan dengan setan dan mempelajari apa yang dikenal sebagai ajaran-ajarannya. Untuk melihat betapa pentingnya ibadah-ibadah jahat ini dalam Setanisme, tinjauan singkat atas buku-buku dan situs internet mereka sudah lebih dari cukup. Ciri-ciri umum dari publikasi ini adalah cara mereka mempersembahkan tempat untuk hal-hal menakutkan dan menekankan pentingnya misa hitam. Dalam sebuah situs internet Setanisme yang terkenal, ditampilkan berbagai pesan-pesan pemeluk Setanisme untuk remaja di bawah usia delapan belas tahun. Apa yang mereka sebut sebagai misa ini ditekankan sebagai bagian terpenting dari Setanisme, sedangkan para pemuda yang tidak bisa menghadiri persekutuan tersebut, paling tidak harus melakukan ibadahnya sendiri. Perincian ibadah yang diperintahkan bagi para remaja adalah sebagai berikut.

"Janganlah merasa terganggu atau takut atau mengira bahwa kamu gila ketika kamu merasa telah terhubung dengan Sang Gelap.... Dekatilah Penguasa Kegelapan dengan tingkat penghormatan yang layak dan cara yang baik: itulah tujuan dari ibadah, untuk menjalin hubungan.... Kamu tidaklah memerlukan semua yang disebutkan dalam buku-buku Dr. LaVey untuk melakukan ibadah yang bermakna. Mungkin kamu tidak punya uang untuk mendapatkan atau mempunyai tempat pribadi untuk menyimpan benda-benda seperti pedang, piala, jubah hitam, gong, atau altar yang mewah. Inilah ibadah sakti yang bisa kamu lakukan.... Nyalakan lilin dan letakkan di depanmu.... Sambil memandang nyalanya, ucapkan dalam hatimu atau dengan keras, 'Aku siap, wahai Penguasa Kegelapan. Aku merasakan kekuatanmu dalam diriku dan bermaksud menghormatimu dalam kehidupanku. Aku salah satu milik setan. Hidup setan!'.... Inilah cara paling sederhana untuk memunculkan setan dalam kehidupanmu."(42)

Internet merupakan salah satu alat propaganda pemeluk Setanisme yang paling sering digunakan. Kalangan muda dipikat memasuki dunia kegelapan dalam situs-situs ini, tempat mereka dipengaruhi ke dalam kesesatan dan kekerasan, dan mendorong mereka untuk menaati perintah setan dan ambil bagian dalam ibadah-ibadah yang meliputi pembunuhan, penyiksaan, dan bentuk kebrutalan lain.
Kita dapat mengenali kesesatan seperti itu, kebejatan moral, dan kebiadaban dalam masyarakat mana pun yang menjadikan setan sebagai pembimbingnya. Bagi pemeluk Setanisme, semua ini diilhami oleh setan sendiri dan harus ditaati. Pemeluk Setanisme, yang memang setia menjalankannya, terjerumus ke dalam bentuk penyimpangan seksual, penyiksaan manusia dan juga binatang, dan bahkan melakukan hal-hal yang menjijikkan, seperti meminum darah makhluk atau manusia yang mereka bunuh. Di banyak negara di dunia, para pemuda yang menyebut diri mereka sebagai pemeluk Setanisme mengadakan pesta narkoba ketika segala jenis kebejatan dan penyimpangan dilakukan, yang acapkali diakhiri dengan pembunuhan salah seorang dari mereka atas nama setan.

Cara penganut Setanisme yang menekankan pentingnya penumpahan darah dalam ibadah-ibadahnya merupakan contoh kecil dari rencana setan untuk umat manusia. Setan membenci umat manusia dan menginginkan timbulnya penderitaan sebanyak mungkin. Karena itu, merupakan tujuannya untuk mengisi dunia dengan pertumpahan darah. Ideologi-ideologi Dajjal yang telah dibicarakan di awal, seperti fasisme, rasisme, dan komunisme, semuanya melayani tujuan setan itu. Semua peperangan, pembantaian, pembunuhan, dan tindak terorisme, yang terkait dengan ideologi-ideologi ateis semacam itu, semuanya merupakan "misa setan" yang ditujukan untuk memuaskan nafsu setan akan darah.

Orang-orang yang secara terbuka menyebut dirinya sebagai pemeluk Setanisme melakukan pertumpahan darah sebagai tindak pemujaan. Orang-orang yang menghasut melakukan teror dan kekacauan di dunia sesungguhnya sedang melakukan ibadah yang sama, dengan cara yang lebih tersembunyi dan akibat yang jauh lebih luas. Pendeknya, setan, juga sistem Dajjal yang ditegakkannya di dunia, tengah memanfaatkan orang-orang yang sudah berhasil dipengaruhinya dan mencoba mengubah dunia menjadi medan pertempuran yang brutal.

Setanisme Adalah Ideologi yang Telah Dikalahkan

Kita perlu mengingat pandangan-pandangan setan itu sendiri dalam merenungkan ancaman yang ditimbulkannya. Ketika para pemeluk Setanisme ditanya berapa jumlah mereka, mereka menyatakan jumlah pengikut yang besar, karena memang banyak orang yang sebenarnya hidup dengan nilai-nilai Setanisme tanpa menyadari kenyataan itu. Di satu sisi, itu memang benar. Banyak orang, yang sadar atau tidak, menyetujui pandangan para pemeluk Setanisme. Ini karena dengan menolak hati nurani atau menolak hidup dengan akhlaq yang terpuji, sehingga memperturutkan hawa nafsunya sendiri, adalah sama dengan menaati perintah-perintah setan. Jika seseorang merenungkan segala bentuk kerusakan yang disebabkan oleh para pemeluk Setanisme hingga hari ini, jelaslah betapa mengerikannya akhir dari masyarakat yang berisi orang-orang seperti itu akan terjadi.

Pernyataan bahwa manusia adalah sejenis binatang, yang menjadi landasan Setanisme, adalah omong kosong sama sekali. Umat manusia tidak mucul sebagai hasil dari kebetulan belaka. Pencipta umat manusia, juga keteraturan serta kemegahan alam semesta, adalah Allah yang Mahakuasa, Mahaunggul, dan Mahabijaksana, Dia yang tidak mempunyai kelemahan apa pun. Dia telah menciptakan manusia dengan kemampuan berpikir dan akal, untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, dan juga dengan tanggung jawab terhadap Sang Pencipta. Walau nafsunya mengarahkan manusia pada kejahatan, nuraninya melindunginya dari hal demikian dan memerintahkannya untuk berpaling darinya. Kewajiban manusialah untuk mendengarkan suara nuraninya, bukan nafsunya, dan menunjukkan akhlaq yang diridhai Allah. Akhlaq seperti itu tidak hanya akan memungkinkan pribadi yang bersangkutan, juga masyarakat tempat kehidupannya, menikmati suasana penuh kedamaian dan keamanan, tapi juga akan--atas kehendak Allah--mendapatkan balasan kemuliaan di hari kemudian.

Salah satu kenyataan penting yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa kehidupan yang ditawarkan setan, yang dibuatnya terlihat amat menarik, hanyalah tipu daya. Setan bisa saja membuat segala macam janji tentang peluang dalam hidup di dunia ini, mungkin pula mencoba untuk memalingkan manusia dari jalan yang benar, namun tidaklah boleh dilupakan bahwa jalan yang ditunjukkannya untuk diikuti manusia hanya mengarah pada kehancuran bagi mereka yang menempuhnya. Sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam ayat,

"... Mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka, yang dilaknati Allah dan setan itu mengatakan, 'Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bagian dari yang sudah ditentukan (untuk saya), dan saya benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan saya suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu mereka benar-benar mengubahnya.' Barangsiapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata." (an-Nisaa` [4]: 117-119)

Labels: